Pengamat Sebut KLB Partai Demokrat Tak Mudah karena Politik Dinasti
Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (Instagram agusyudhoyono)

Bagikan:

Menurut Karyono Wibowo, pengamat politik dari Indonesian Public Institute (IPI), Partai Demokrat bisa mengalami turbulensi politik di tubuh partai. Sebabnya, selama ini Partai Demokrat cenderung dikuasai oleh satu pihak,yaitu keluarga Cikeas.

"Memang dinastinya keterlaluan. Hampir semua partai juga ada politik kekerabatan, tapi paling mencolok itu ya Partai Demokrat sehingga lambat laun akan muncul resistensi di internal Partai Demokrat," jelas Karyono, Kamis, 25 Februari.

Menurutnya, Kongres Luar Biasa Partai Demokrat (KLB PD) tak mudah dilaksanakan. Alasannya, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat dipimpin oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang merupakan ayah kandung Ketua Umum partai saat ini, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Selain itu, Sekretaris Majelis Tinggi-nya adalah Andi Malarangeng, orang yang menjadi loyalis SBY-AHY.

"Dipersulit engga? Karena itu, KLB resmi menurut saya tidak semudah yang dibayangkan," ungkapnya.

Apakah Partai Demokrat butuh dualisme?  

Karyono mengatakan, kecuali terjadi dualisme kepengurusan di tubuh Partai Demokrat, seperti yang dahulu dialami oleh Partai Golkar. Sehingga, lanjutnya, akan diakui kepengurusan partai politik yang sudah mendapatkan surat keputusan (SK) dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham).

"Kecuali para pendiri Demokrat kemudian jajaran pengurus di DPD maupun DPP membuat pengurus tandingan seperti halnya Golkar dulu. Ada kubu ARB dan Agung Laksono, ada Munas Bali dan Munas Ancol," ungkap Karyono.

Ia menjelaskan, jika semakin lama semakin banyak yang tidak setuju dengan kepemimpinan Demokrat saat ini, goncangan soliditas partai akan semakin terasa.

Kalau di internal Demokrat yang kecewa atau tidak puas dengan kepemimpinan AHY kemudian mengkristal, lanjutnya, bisa saja mengancam posisi AHY dan keluarga Cikeas di Partai Demokrat.

"Kalau misalnya kubu Anas Urbaningrum bergabung dengan Marzuki Alie kemudian Max Sopacua dan ada beberapa pendiri Partai Demokrat, semua kekuatan yang tidak puas dengan kepemimpinan AHY bersatu, maka akan memunculkan turbulensi politik di internal Partai Demokrat yang dampaknya akan semakin membuat Demokrat terpuruk. Jika situasi ini terus berlangsung," terangnya.

Apabila turbulensi politik di internal Demokrat menguat, lanjut Karyono, kemungkinan akan ada jalan kompromi agar partai dapat bertahan. Terlebih, keutuhan partai diperlukan untuk kepentingan pemilihan umum 2024.

Ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI.id, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!