JAKARTA – Memori hari ini, empat tahun yang lalu, 5 April 2021, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil kritik pradesain Istana Kenegaraan baru, Istana Garuda di Ibu Kota Nusantara (IKN). Kritik itu dikhususkannya terhadap proses sayembara desain yang dilakukan pemerintah kurang transparan.
Sebelumnya, keinginan Joko Widodo (Jokowi) menghadirkan IKN tak tertahankan. Ia ingin seisi Ibu Kota baru yang menggantikan Jakarta diisi oleh bangunan monumental. Suatu bangunan yang dipandang sebagai representasi Indonesia negara besar.
Tiada presiden yang sengotot Jokowi memindahkan Ibu Kota Indonesia. Keinginannya memindahkan Ibu Kota ke luar Pulau Jawa sudah tak tertahankan. Sekalipun sumber dana pembangunannya jadi perdebatan.
Ia menganggap Jakarta tak lagi nyaman sebagai Ibu Kota. Segala problema dari macet hingga lingkungan hidup jadi masalah. Belum lagi urusan Jakarta sudah padat. Pemerintah Indonesia jadi bingung untuk membangun banyak hal monumental.
Jokowi lalu menunjuk Panajam Paser Utara, Kalimantan Timur sebagai lokasi Ibu Kota yang baru – belakangan dikenal sebagai IKN. Keinginan itu kian serius kala Jokowi meminta doa restu rakyat Indonesia pada pertengahan 2019.
BACA JUGA:
Ia memimpikan bahwa IKN bisa mengusung konsep besar terkait modern, smart, dan green city. Keinginan itu tak muluk-muluk. Ia melihat Panajam Paser Utara dapat menampung segala keinginan Jokowi. Ambisi itu tak berhenti.
Pemerintah dengan serius mulai menggarap pradesain terkait infrastruktur yang akan dibangun di IKN. Jokowi menginginkan IKN banyak menghadirkan infrastruktur yang monumental. Suatu simbol yang akan membuat Indonesia dikenal sebagai bangsa besar dan maju.
Pemerintah pun mengadakan sayembara terkait pembuatan pradesain infrastruktur yang akan hadir di IKN. Ambil contoh pradesain dari Istana Garuda. Istana Kepresidenan karya pematung Nyoman Nuarta itu kemudian dipamerkan Jokowi lewat akunnya di Twitter/X pada 2 April 2021.
"Salah satu usulan pradesain bangunan ikonik di ibu kota negara yang baru adalah Istana Negara karya Nyoman Nuarta. Saya mengharapkan Istana Negara ini jadi kebanggaan bangsa, sekaligus mencerminkan kemajuan bangsa. Dengan masukan-masukan itu nantinya, saya akan mengundang kembali para arsitek dan para ahli lainnya untuk melakukan pengkayaan pradesain menjadi basic desain Istana Negara," ungkap Jokowi sebagaimana dikutip laman kompas.com, 2 April 2021.
Pradesain Istana Garuda jadi polemik. Gedung dengan monumen garuda besar mengepak sayap itu dianggap tak efisien. Tidak pula ramah lingkungan. Ada pula yang menganggapnya terkesan seram. Kritik itu terus berdatangan.

Ridwan Kamil yang notabene arsitek sampai angkat bicara pada 5 April 2021. Gubernur Jawa Barat itu mengambil poin berbeda terkait kritik pradesain Istana Garuda. Ia justru melihat pemerintah tak transparan terkait proses sayembara desain Istana Garuda. Kondisi itu membuat pemerintah dihujani kritik.
Ridwan menginginkan supaya sayembara digelar terbuka saja. Semuanya supaya rakyat Indonesia merasa terwakilkan. Alhasil, segala macam kritik tak perlu banyak keluar. Pemerintah langsung bisa menurunkan visual ke jeroan isi dalam desain Istana Garuda.
"Saya, kalau Pak Jokowi memberikan waktu, tentulah ingin memberikan masukan-masukan, terutama di prosesnya. Tapi prosesnya sebaiknya dilakukan dengan sayembara yang terbuka seluas-luasnya. Kalau ini kan hasil proses yang sedikit, sehingga merasa tidak terwakili. Makanya kritikannya banyak sekali.”
"Kan belum tahu jeroannya seperti apa, itu baru visualnya. Jangan membedah sesuatu yang tidak terlihat. Ini lebih pada proses, jadi yang dipermasalahkan itu bukan bentuk, bukan sistem. Tapi prosesnya kok tiba-tiba ada desain untuk bangunan yang sangat sakral, tapi proses pelibatan partisipasi masyarakat dalam bentuk sayembaranya tidak transparan," ujar Ridwan, dikutip laman detik.com, 5 April 2021.